Masih dalam rangkaian Rihlah Wisata Ziarah…
Berangkat pagi pulang petang. Laksana aktivitas burung-burung yang sedang menjemput rizki, mencari makan untuk mempertahankan hidupannya. Begitulah kira-kira gambaran perjalanan kami yang bertolak di pagi hari dari rumah dan pulang dari Tuban di saat langit mulai tampak kemerahan dan wajah matahari pun semakin menghilang di ufuk barat. Setelah cape menyusuri lorong-lorong goa akbar sampai badan ini sedikit basah oleh keringat bercampur tetesan air yang ada di dalam goa, kami pun kembali menuju bus yang kami tumpangi. Untuk menyegarkan tubuh ini kembali aku mandi terlebih dahulu, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan pulang…
Musafir, itulah sebutan orang yang sedang melakukan perjalanan. Sebagai rombongan musafir kami sengaja melanjutkan perjalanan pulang menjelang maghrib, dengan niat akan melakukan sholat maghrib dan isya’ dalam satu waktu. Kami berniat menjama’ takhir sholat maghrib dan isya’ nanti di masjid Lasem sekalian untuk makan malam.
Setelah melakukan shalat tiga rakaat maghrib dan dua rakaat Isya’ (di-qasar) dan nyari makan, acara selanjutnya adalah melanjutkan perjalanan pulang…
Ada yang beda rasanya…
Waktu perjalanan pada saat berangkat dan pada saat pulang. “Beda gimana maksudnya…?” Tanya seorang teman… “Ya beda artinya itu tak sama” jawabku yang bikin dia masih tanda tanya. Apa sih maksudnya…? Gini lo apa kamu gak ngerasa kalau perjalanan kita waktu pulang itu terasa lebih cepat dibanding waktu berangkat… Iya sih…Trus emangnya kenapa?.
Perjalanan malam hari kan memang beda dengan perjalanan malam hari. Kita kan pulang malam hari sedangkan berangkat pada pagi hari. Nah perjalanan di malam hari itu memang bisa lebih cepat dibanding siang hari. Transportasi malam hari kan tidak sepadat pada pagi/siang hari. Jadi bus bisa melaju dengan cepat dan bebas hambatan/lebih sedikit traffic load-nya.
Kenapa malam hari?
Masih ingat peristiwa Isra’ nya Rasulullah Saw?
Perjalanan dari masjidil Haram (Makkah) menuju masjidil Aqsa (Palestina) yang dilakukan oleh Nabi Muhammad bersama Jibril juga dilakukan pada malam hari. Sempat juga aku berfikir kenapa perjalanan itu dilakukan pada malam hari dan bukan siang hari…
Mengutip dari bukunya Mas Agus Mustofa yang berjudul : “Terpesona di Sidratul Muntaha” disana diuraikan alasan teknis mengapa nabi di-isra’-kan pada malam hari.
Ada 2 kata kunci yang bisa menjelaskan kenapa isra’-nya Nabi dilakukan pada malam hari yang diambil dari Q.S. Israa’:1.
“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari masjidil haram ke masjidil aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
Kata kunci Pertama, Yang telah memperjalankan. Ternyata perjalanan yang fenomenal itu memang bukan kehendak Rasulullah Saw sendiri, melainkan kehendak Allah Swt. Kenapa demikian? Karena kata yang digunakan Allah untuk menginformasikan hal itu adalah “memperjalankan”. Ini membuktikan bahwa Allah lah yang telah memperjalankan Muhammad Saw. Bersama Jibril Nabi dibawa melanglang “ruang” dan “waktu” dalam alam semesta ciptaan Allah. Jibril sengaja dipilih oleh Allah untuk mendampingi beliau kaena dia adalah makhluk dari langit ke tujuh yang berbadan cahaya. Dengan badan cahayanya itu Jibril bisa membawa Rasulullah Saw melintasi dimensi-dimensi yang tak kasat mata. Perjalanan waktu itu juga disertai oleh Buraq, makhluk berbadan cahaya dari alam malakut yang dijadikan tunggangan selama perjalanan itu. Maka mereka bertiga bisa melesat dengan kecepatan cahaya, sekitar 300.000 km/detik. Yang sebelumnya badan wadag Rasulullah Saw diubah oleh Allah menjadi badan cahaya. Hal ini untuk menyeimbangkan kwalitas badan Nabi dengan Jibril dan Buraq yang notabene keduanya adalah makhluk berbadan cahaya. (Penjelasan secara scientific bisa dibaca lebih lengkap di bukunya Mas Agus Mustofa, bukan promosi lho…tapi bagus untuk tambahan pengetahuan).
Kata kunci Kedua, yaitu Malam hari. Ingat kata kunci pertama! Agar Nabi bisa mengikuti kecepatan malaikat dan Buraq, maka badan Nabi diubah menjadi badan cahaya oleh Jibril. Sehingga ini mejadi “klop” dengan perjalanan malam hari. ini adalah alas an yang lebih bersifat teknis. Pada siang hari radiasi sinar matahari demikian kuatnya, sehingga bisa membahayakan badan Rasulullah Saw, yang sebenarnya memang bukan badan cahaya. Badan Nabi yang sesungguhnya, tentu saja, adalah badan materi. Perubahan menjadi badan cahaya itu bersifat sementara saja, sesuai kebutuhan untuk mrlakukan perjalanan bersama Jibril.
Dengan melakukannya pada malam hari, maka Allah telah menghindarkan Nabi dari interferensi gelombang yang bakal membahaykan badannya. Suasana malam memberikan kondiai yang baik buat perjalanan itu.
Sebagai gambaran sederhana, adalah gelombang suara. Jika malam-malam kita mencoba mendengarkan suara-suara, maka kita bisa mendengarkan dengan baik. Suara deru mobil di kejauhan, misalnya, bisa kita dengarkan dengan baik. Atau suara anjing menggonggong di tengah larut malam. Pendengaran kita menjadi demikian tajam dibandingkan siang hari. kenapa? Karena suara-suara tersebut tidak megalami interferensi atau gangguan gelombang yang terlalu besar, sehingga terdengar jernih.
Sama halnya mengapa Allah Swt. memerintahkan hambanya untuk bangun di malam hari. Bangun untuk melaksanakan qiyamullail (shalat tahajjud). Malam hari merupakan waktu istimewa untuk melakukan komunikasi dengan Allah Swt. Mengapa demikian? Karena pada malam hari jiwa kita bisa menjadi lebih focus dan khusuk. Keheningan di tengah-tengah sebagian manusia yang terlelap dalam tidurnya, disaat yang lain bermimpi kita bangun untuk mendekat kepada-Nya membuat hati ini mudah untuk berbicara dengan-Nya. Do’a kita lebih cepat sampai kepada-Nya. Ibarat teknologi sekarang, kalau kita berkomunikasi lewat telepon/hp pada malam hari biaya lebih murah dan lebih lancar karena malam hari bukan merupakan jam-jam sibuk bagi orang untuk berkomunikasi. Mengutip firman-Nya dalam al Qur’an :
“Sungguh bangun malam itu lebih kuat (untuk khusuk); dan (bacaan diwaktu itu) lebih berkesan”.(Q.S. al Muzammil:6).
Merujuk bukunya Mas Erbe Sentanu “the science & miracle of zona ikhlas”. Ada hubungan antara gelombang otak kita dengan perasaan khusuk dalam ibadah di tengah malam. Bagaimana tidak, disaat semua orang terlelap di gelombang Delta, oarng yang melakukan salat tahajud diminta bangun di tengah malam. Maka otaknya yang berfungsi sebagai antena penerima frekuensi harus beroperasi di tengah lautan frekuensi Delta yang berputaran rendah. Sehingga hampir mustahil orang memiliki gelombang otak Beta yang tinggi di tengah malam seperti itu. Hal inilah yang membuat otak mau tidak mau akan bergerak di gelombang yang hampir serupa dengan Delta, di sekitar Theta atau Alfa. Inilah gelombang otak yang secara teknis “lebih cepat untuk khusuk”. Dengan hormone seperti endhorpine, serotonin, dan AVP yang banyak diproduksi gelombang otak ini, membuat bacaan do’a pujian kita di saat seperti itu jadi lebih berkesan.
Dan istimewanya lagi bahwa waktu malam terutama di sepertiga malam terakhir / waktu sahur adalah waktu yang mustajabah. Dan kalau kita bisa memanfaatkannya Insya Allah do’a kita terkabul. Mudah-mudahan kita diberi kemampuan dan kemauan untuk bisa memelihara qiyamullail, istiqomah bangun di sepertiga malam, agar hati ini menjadi jernih. Semoga…
1 comment:
memahami ayat qauliyah dengan ayat kauniyah subhanallah indah
Post a Comment