Friday, November 14, 2008

Kumpulan Titik

Hidup adalah perjuangan

hidup adalah perbuatan, kata mas Tris,

hidup adalah kesempatan, kata seorang kawan

hidup itu indah, kata mas Oky,

hidup adalah memilih, kata mas Amin.

Hidup adalah untuk berbagi,

Dan masih banyak lagi makna hidup yang lain....

Begitu banyak orang mengungkapkan makna hidup. Saking banyaknya saya tidak mungkin menulisnya disini. Itu hanya sebagian ungkapan makna hidup dari beberapa kawan …

Setiap orang akan berbeda memaknai apa itu hidup…

Teringat dari pelajaran membuat sebuah garis lurus ketika masih TK maupun peajaran matematika waktu di sekolah. Pak guru menjelaskan bahwa garis adalah kumpulan dari titik. Bagi saya hidup tak ubahnya seperti garis lurus. Hidup itu laksana garis lurus. Hidup itu memiliki karakteristik seperti sebuah garis lurus. Pertama, Sebuah garis lurus pasti ada pangkal dan ujungnya, begitu juga dengan hidup kita di dunia ini. Ada batas usia yang telah ditetapkan oleh Sang Kholiq. Kelahiran merupakan awal/pangkal dari kehidupan kita di dunia dan kematian adalah ujung/akhir kehidupan kita di dunia yang fana. Kedua, Garis lurus adalah kumpulan dari banyak titik, artinya hidup kita ini merupakan kumpulan dari waktu, mulai dari hitungan detik, menit, jam, hari, bulan dan tahun. Ketiga, Titik-titik yang membentuk sebuah garis lurus itu juga tidak akan pernah kembali atau bahkan bertemu dengan titik sebelumnya. Waktu hidup kita pun tidak akan pernah berputar ke masa lampau. Betul apa yang pernah dipesankan oleh Imam Ghozali kepada murid-muridnya bahwa sesuatu yang paling jauh dari kita adalah masa lalu, karena kita tidak akan mencapainya dengan kendaraan atau teknologi apapun.

Tergantung bagaimana masing-masing kita untuk memaknai hidup. Allah Swt, dalam firmannya mengatakan, ”Tidak Aku (Allah) ciptakan jin dan mausia melainkan untuk beribadah”. Sekarang bagaimana agar hidup kita ini bisa bernilai ibadah. Bagaimana kita bisa memanfaatkan setiap titik (waktu) dalam hidup kita agar bisa bermanfaat bagi diri kita dan orang-orang di sekitar kita. Apapun yang kita kerjakan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan jangan sampai kita jadi orang yang rugi dalam arti apa yang kita lakukan di setiap titik kehidupan kita tidak mengalami perubahan ke arah yang lebih baik atau malah menjadi orang bangkrut maksudnya ”hari ini lebih buruk dari kemarin”. Karena waktu tidak akan bisa kembali lagi ke masa lalu, maka pandai-pandailah memanfaatkan waktu. Ada sebuah ungkapan ”Waktu laksana pedang” itu artinya kita harus bisa menggunakan dan memanfaatkan pedang itu, jikalau kita tidak bisa memakainya maka peadang itu yang akan menebas leher kita...

Kawan....lewat tulisan ini mari kita mencoba untuk memaknai hidup kita, ibarat orang berlayar seorang pelaut harus punya layar untuk menjalankan perahunya, karena angin bertiup tidak menurut arah perahu layar tapi sebaliknya paerahu layarlah yang berjalan menurut arah angin...Bikin hidup kita bermakna dengan kebaikan....berperilaku sesuai ajaran agama...agar hidup kita tidak terombang-ambing dalam lautan dan hanyut dalam deru derasnya ombak....

”Khoirunnas anfa’uhum linnas”,kata Nabi

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain...

Sudahkah saudara kita, teman kita, kawan kita, sahabat kita, dan orang-orang di sekitar kita merasakan keberadaan kita... kalau belum mari mulai saat ini kita bikin hidup kita lebih hidup, kita buat hidup kita punya manfaat, hidup kita menjadi punya arti, punya kepedulian terhadap orang-oraang di sekitar kita ...

Semoga....




Monday, October 20, 2008

Berbagi Ceria dalam Buka Bersama


Sebuah dokumentasi yang diabadikan dalam sebuah kreasi KOMIK berjudul "BUKA BERSAMA SMUNSADE ANGKATAN 2000"

Acara buka puasa bersama alumni di Rumah Makan Pondok Bambu ...
Semoga jalinan silaturrahim para alumni tetap terjaga...

TErima KasIh buat mBa ina yang telah berkreasi membuat komiknya...

Buat BundA AbRar yang gak bisa hadir saat buka bersama karena putranya (Abrar) lagi operasi di RS.Tlogorejo(mudah2an cepet sehat)

Teruntuk temen2 semua yang sudah hadir ikut berbuka bersama saya ucapkan terima kasih...
Semoga kita bisa berbagi lagi...di lain hari...

Salam Sukses ...

Saatnya Berma’afan…!


Pak, Bu, Dek…Maaf lahir batin ya..!
Mas Maaf lahir batin ya…Mulai dari nol lagi ya Mas…!

Kalimat yang mungkin tak asing lagi ditelinga kita. Kalimat dalam sebuah iklan yang sering muncul di televisi di sepanjang lebaran. Setidaknya ada 2 hal yang biasanya sulit untuk dilakukan oleh manusia : pertama mengucapkan terima kasih dan kedua adalah meminta maaf. Semua itu sulit dikerjakan karena masih adanya sifat gengsi, ujub, dan takabbur yang melekat pada seseorang. Di hari ’idul fitri ini kita harus berubah setelah sebulan ditempa dalam tarbiyah Ramadhan menjadi pribadi2 yang bertaqwa. Biasakan berterima kasih setiap kali kita mendapat nikmat, pertolongan dari siapapun. Bersyukurlah selalu atas segala karunia-Nya. Bersegeralah mohon ampunan kepada Allah disaat kita melalukan khilaf atau dosa. Meminta maaf kepada sesama jikalau dosa kita masih ada kaitannya dengan meraka. Jika kita pernah berbuat salah pada teman, saudara, keluarga, atau kepada siapapun tidak ada jeleknya kita meminta maaf terlebih dahulu.

Jadi ingat sebuah mauidhoh ketika saya menghadiri acara Haul (peringatan wafat) Simbah Buyut pada bulan Syawal kemarin di sebuah desa namanya Prampelan yang dihadiri juga keluarga dari Mranggen, ceramah disampaikan oleh Bapak K.H Mahsun dari Mranggen Demak. Dalam tausiyahnya beliau berpesan mengutip dari sebuah kitab bahwa ada 3 kategori / type manusia :
1.manuasia yang mampu menahan nafsunya. Artinya ketika dia disakiti/didholimi orang lain dia mampu menahan dirinya untuk tidak membalas perbuatan orang itu meskipun dia tidak memaafkannya,
2.manusia yang mau mema’afkan orang lain yang berbuat jelek/dholim kepadanya.
3.manusia yang mau mema’afkan orang lain yang berbuat jelek/dholim kepadanya dan dia mampu berbuat baik kepada orang itu (membalasnya dengan kebaikan)

Sekarang tinggal pilih kita mau jadi type yang mana??? type pertama, kedua/ketiga..?

Sungguh mulia manusia type ketiga ini. Siapa kah dia? Tak lain dan tak bukan adalah Rasulullah Muhammad Saw. Beliau tidak pernah marah ketika didholimi, dimusuhi bahkan sampai diludahi wajahnya beliau tidak membalasnya bahkan malah mendo'akan orang tsb. Beliau adalah manusia pemaaf dan mampu berbuat baik kepada siapa pun termasuk kepada orang yang berbuat jahat kepada beliau.

Melalui momen idul fitri tahun ini (1429 H) semoga kita bisa meneladani Rasulullah. Menjadi manusia yang mau memaafkan kekhilafan saudaranya. Berlaku positif kepada sesama. Mudah2an semua amal ibadah kita di bulan Ramadhan yang lalu diterima oleh Allah, Swt dan kita digolongkan ke dalam golongan orang2 yang kembali fitrah dan orang2 yang beruntung. Bisa menjumpai Ramadhan mendatang, Semoga....

Selamat Idul Fitri 1429 H
Mohon Maaf Lahir & Batin

Friday, September 19, 2008

Si Miskin & Si Kaya

Apa sih sebenarnya yang membedakan antara orang miskin dan orang kaya. Sudah menjadi jawaban umum kalau hartalah yang menjadi pembeda antara keduanya. Orang yang berpenghasilan tinggi bisa juga disebut sebagai orang kaya atau sebaliknya orang miskin adalah orang yang penghasilannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya.
Namun beda halnya jika ditinjau dari kacamata agama Islam. Dalam konsepsi Islam, yang membedakan antara orang kaya dengan orang miskin ialah rasa syukur manusia atas karunia Allah. Orang kaya adalah insan yang tak pernah lupa mensyukuri setiap kenikmatan yang diperolehnya. Sedang orang miskin adalah kelompok yang lalai bersyukur, kufur dan merasa tiap karunia yang didapatnya bukan karena campur tangan Allah.
Dalam kisah, Nabi Musa a.s pernah didatangi orang kaya dan orang miskin (materi). Si-kaya minta agar dia didoakan menjadi orang miskin sedangkan si-miskin mohon agar didoakan menjadi orang kaya. Maka Musa meminta yang kaya agar dia menjadi orang yang kufur nikmat. Namun si-kaya menjawab, “Bagaimana bisa kufur kalau segala kebutuhan yang kuperlukan sudah tersedia dan aku tinggal menggunakannya.” Kemudian Musa berkata, “Itulah sebabnya kamu tidak bisa miskin karena kamu selalu bersyukur.”
Kepada si-miskin, Musa meminta sebaliknya agar dia menjadi orang yang bersyukur. Tapi orang tersebut menjawab, “Bagaimana aku dapat bersyukur kalau aku tak memiliki apa-apa. Untuk beribadah saja aku tak memiliki alat ibadah yang memadai.” Musa pun kembali menegaskan, “Itulah sebabnya kamu tidak bisa menjadi kaya karena kamu tidak mau bersyukur dengan apa yang ada.”
Dari kisah tersebut, inti bersyukur adalah kemampuan kita memanfaatkan apa yang telah dimiliki seoptimal mungkin untuk beribadah kepada Allah. Meminjam istilah ekonomi, orang yang bersyukur adalah insan yang mampu mengolah modal minimum untuk menghasilkan pendapatan yang maksimum. Atau bersyukur merupakan sikap dewasa seorang muslim untuk menjadikan hak kepemilikannya bernilai keberkahan (barokah).
Bukankah Allah telah menjanjikan tawaran yang luar biasa bagi orang bersyukur, seperti firman-Nya,
“Barangsiapa yang mampu bersyukur (mengoptimalkan hartanya) kepada (di jalan) Allah maka (yakinlah) Allah akan melipatgandakan nikmat-Nya” QS. Ibrohim : 7
Sudah pasti manfaat syukur itu akan kembali dirasakan manusia sebagai subjek syukur, bukan kembali kepada Allah karena Dialah Yang Maha Kaya dan Maha Pemberi. Semoga kita bisa menjadi manusia yang pandai mensyukuri segala karunia-Nya.....

Friday, July 11, 2008

Manusia dan Pengamen

Cerita dari warung tenda - Part 2 (habis)


Masih dalam suasana menunggu datangnya makanan & minuman yang baru dipesan. Datang seorang pengamen. “Selamat Malam…!” sapa si pengamen. Baru setelah itu mulailah dia melantunkan lagu. Lagu yang dipersembahkan untuk penikmat warung tenda dengan harapan mendapatkan sejumlah uang. Belum selesai syair lagu itu dinyanyikan temen saya mengeluarkan uang kertas seribu dan diberikan kepada si pengamen itu. Namun setelah uang seribu itu diterima oleh si pengamen itu dia langsung saja pergi. Teman saya yang memberi uang seribu tadi sedikit kecewa sambil berucap, ”Mendingan jangan dikasih duit dulu ya ! daripada dikasih duit malah pergi padahal lagunya belum selesai dinyanyikan”.


Begitulah kadang2 sifat manusia. Seperti halnya pengamen diatas. Setelah menerima uang dia langsung saja pergi. Manusia ketika butuh sesuatu atau dalam kesulitan pasti dia akan sering meminta/berdo’a kepada Allah bahkan tak pernah berhenti untuk berdo’a di setiap waktu. Berharap permintaannya dikabulkan oleh Allah, Swt. Namun ketika Allah mengabulkan do’anya manusia itu malah pergi meninggalkan-Nya. Manusia akan dekat kepada Tuhannya disaat membutuhkan sesuatu, diwaktu terkena musibah, ataupun saat ditimpa cobaan. Namun seringkali manusia lupa pada Yang Maha Pemberi disaat ia sudah mendapatkan apa yang mereka inginkan, ketika mereka mendapatkan anugerah kenikmatan dan lain sebagainya. Padahal semua itu adalah karunia dari Allah, Swt. Anugerah dari Tuhan yang Maha Pengasih tanpa pilih kasih dan Maha Penyanyang kepada hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa.


Sebenarnya Allah itu lebih suka mendengar hamba-Nya yang ”bernyanyi” meminta kepada-Nya. Jadi jangan bosan-bosan untuk berdo’a kepada-Nya. Jangan kita mendekat kalau butuh saja sedangkan kalau tidak butuh malah menjauh. Jadi ingat lagu yang dinyanyikan Bimbo yang bunyi syairnya : ”aku jauh Engkau Jauh, aku dekat Engkau dekat”. Sepertinya pas sekali lagunya. Allah akan mendekat jika hamba-Nya mau mendekat kepada-Nya. Bahkan Allah telah berjanji ”Berdo’alah kepada-Ku maka akan Aku kabulkan” Jangan ragukan janji-Nya. Siapa yang mau berdo’a kepada-Nya pasti akan dikabulkan. Teruslah berdo’a untuk meraih apa yang kita impikan. Iringi do’a dengan ikhtiyar & tawakkal. Yakinlah do’a kita didengar oleh Yang Maha Kekal. Amien...



Friday, June 13, 2008

Tergantung Amal

Cerita dari warung tenda - Part 1


Rabu itu sehabis pulang dari kerja. Saya & teman-teman diajak makan malam bareng oleh salah seorang teman kantor. Warung makan tenda di Jl. Moh. Suyudi Semarang akhirnya menjadi tempat pilihan untuk makan dengan menu bakmi spesial. Sesampainya di warung tenda itu seorang pelayan pun menghampiri kita dengan menyodorkan dua lembar kertas yang satu berisi daftar menu makanan dan lembar satunya lagi berisi daftar minuman. Kami pun memesan makanan dan minuman. Ditengah menunggu makanan & minuman yang dipesan datang, terjadi obrolan ringan diantara kami. Satu teman ada yang berucap sambil menyeka keringat di dahinya : ”wah hawanya panas sekali ya..?”. Teman yang satu lagi menimpalinya, ”panas gak nya kan tergantung amal Pak ...!”. Spontan kami pun tertawa mendengar jawaban tadi. Obrolan tadi kedengarannya sekilas memang membawa canda tawa. Namun setidaknya kita coba melihatnya dari kacamata agama. Memang benar juga apa yang dikatakan teman saya tadi bahwa panas gaknya tergantung amal. Saya tahu yang dimaksud teman saya dengan kalimat : panas gak nya kan tergantung amal adalah setiap amal/perbuatan kita di dunia ini pasti membawa konsekwensi besuk di akherat. ”Fa in khoiron fa khoirun, wa in syarron fa syarrun”. Yang baik akan dibalas baik dan yang buruk akan dibalas buruk. Barang siapa yang ketika di dunianya amalnya baik akan mendapat balasan surga, dan yang amalnya buruk balasannya adalah neraka. Siapa menanam dia akan menuai. Siapa yang menanam kebaikan akan menuai kebaikan begitu juga sebaliknya siapa yang menanam keburukan dia akan menuai keburukan. Begitulah sunnatullah. Berfikirlah sebelum berbuat jangan sebaliknya berbuat baru berfikir karena apa pun yang kita perbuat di dunia ini akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah, Swt besuk di akherat. Mudah-mudahan kita tergolong orang yang senantiasa mejaga amal kebaikan dan menjauh dari amal buruk. Semoga...



Wednesday, April 30, 2008

Terima Kasih “Cinta”

Sore itu menjelang maghrib terdengar bunyi nada dari HP saya. Setelah aku buka rupanya ada pesan yang masuk, sebuah SMS dari seorang teman yang meminta saya untuk mengisi sebuah kajian adik-adik ROHIS di sebuah SMA di Demak.”Bs ngisi kajian perdana di SMA 3 bsk Sbt jm.12 tema bebas?” begitu pesan tulisan yang saya terima. “Insya Allah bs”, aku mereplay sms nya.

Sabtu 26 April, saat itu matahari cerah sekali memancarkan sinarnya sehingga terasa panas pada siang hari itu. Hari itu aku ada janji untuk mengisi kajian di SMA 3. Jarum jam menunjukkan pukul 11.30 aku pun bersiap-siap berangkat memenuhi permintaan temanku itu. Tepat jam dua belas kurang seperempat menit aku meluncur dari rumah menuju ke SMA 3 yang berjarak kurang lebih 13 km. Perjalanan menuju kesana sedikit kurang lancar karena jalanan macet. Rupanya masih ada perkerjaan perbaikan jalan yang rusak, tahu sendiri akibat tingginya curah hujan akhir2 ini membuat jalan sepanjang pantura banyak yang berlubang. Dengan menaiki sepeda motor saya terus melewati jalan yang penuh dengan sirtu (pasir & batu). Debu beterbangan kemana-mana seolah menyapa setiap orang yang melewati jalan itu. Si debu pun menyapa saya. Benda kecil itu hampir masuk ke mata saya, alhamdulillah dengan sigap mata ini berkedip seolah melindungi indera penglihatan ini dari serangan debu itu. Dan debu itupun tidak berhasil masuk ke dalam mata. Begitu hebatnya pencipta indera penglihatan manusia ini. Tanpa kita sadari atau tidak Allah telah menggerakkan mata kita, melindungi mata kita dan mengusap mata kita setiap kali ada ”musuh” mau menyerang. Sungguh kita sebagai makhluk-Nya pantas bersyukur karena begitu besar karunia Allah yang diberikan kepada manusia. Itu baru nikmat kedipan mata. Begitu besarnya bahkan kita tidak akan mampu untuk menghitungnya. Pernah saya membaca sebuah buku bahwa manusia berkedip sebanyak 60-80 kali dalam semenit. Ambilllah rata2 kita berkedip sebanyak 70x dalam satu menit. Coba mari kita hitung; dalam satu jam kita berkedip 70x60=4.200 kali. Kalau dalam sehari kita berkedip sebanyak 4.200x24=100.800 kali. Itu berarti Allah telah mengusap mata kita sebanyak 100.800 kali dalam sehari. Dan itu baru hitungan satu hari. Sekarang ini kita sudah hidup di dunia berapa hari, berapa minggu, berapa bulan bahkan berapa tahun?. Tak terhitung berapa kali Allah mengusap mata kita. Tanpa kita perintah Allah selalu dan tidak henti2nya mengusap mata kita, selain itu juga setiap kali mata kita kemasukan benda asing pasti akan mengeluarkan air mata yang berfungsi untuk melumasi mata ini supaya tidak iritasi. Itu semua gratis tanpa dipungut biaya. Coba kalau kita diminta bayaran sudah berapa rupiah yang harus kita keluarkan untuk membeli ”oli pelumas” mata. Syukur tiada terkira aku persembahkan untuk-Mu Ya Allah.... Begitu besar Cinta-Mu pada setiap makhluk.

Akhirnya... sampai juga saya di SMA 3 ...
Setibanya disana sudah masuk waktu dhuhur, saya pun menuju ke Musholla untuk menunaikan sholat,
Bertemu & bersilaturrahim dengan adik2 ROHIS yang bersemangat mengikuti kajian siang itu,
Tepat pukul 14.15 kajian berakhir saya pun pulang menuju ke rumah
Hari itu sungguh hari yang menyenangkan...


Jadi ingat sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Afgan...
judulnya ”Terima Kasih Cinta” Syairnya aku kutip di bawah tulisan ini karena menginspirasi saya untuk selalu bersyukur...

-----------

Tersadar, didalam sepi ku,
setelah jauh melangkah.

Cahaya kasih-Mu, menuntun ku,
kembali dalam, dekap tangan-Mu.

Terima kasih ”Cinta”,
untuk segalanya,
Kau berikan lagi,
kesempatan itu.
Tak akan terulang lagi,
semua…
kesalahan ku,
yang pernah menyakiti-Mu.

Tanpa-Mu, tiada berarti,
tak mampu lagi berdiri.

-----------------

Terima kasih Ya Allah atas segala nikmat & karunia-Mu
Masih Engkau beri hamba kesempatan hidup
Maafkan hamba-Mu ini yang seringkali lupa menyukuri setiap detik ni’mat-Mu
Semoga Engkau mengampuni dosa2 hamba &
Hamba tak kan mengulangi kealphaan & kekhilafan di masa lalu
Tiada yang dapat menjaga kehidupan hamba ini kecuali hanya Engkau
Karena Engkau lah Yangmencipta dan Engkau pula Yangmenjaga

Wednesday, March 26, 2008

Pusing “7 “ keliling….

Belajar dari Angka

Angka tujuh memang sangat unik. Bahkan kita sering dengar istilah atau ungkapan yang berkaitan dengan angka tujuh walaupun sebenarnya gak ada hubungannya dengan angka tujuh itu. Semisal pusing tujuh keliling (seperti judul tulisan ini), tujuh turunan. Yang menjadi pertanyaan kenapa yang dipakai itu angka 7 bukan angka lainnya seperti 2, 4, 6 atau angka lainnya? Silakan Anda menjawab sendiri.

Tapi yang pasti angka 7 itu memiliki karakteristik sendiri. Dan satu lagi Allah menciptakan angka tujuh ini bukan secara kebetulan. Allah menciptakan alam ini maupun peristiwa pergantian malam dan siang adalah dengan Iradah-Nya (kehendak/kesengajaan). Ternyata ada beberapa yang istimewa berkaitan dengan angka 7 itu sendiri, diantaranya yaitu :

  • ada 7 lubang yg kita basuh disetiap kali kita berwudlu, yaitu 2 mata (membasuh penglihatan yang sering tidak terarah), 2 lubang hidung ( membasuh penafasan agar tetap suci & terjaga), 2 lubang telinga (membasuh pendengaran yang sering salah) dan 1 mulut kita (membasuh kesalahan & kehilafan yang sering dilakukan)
  • ada 7 anggota tubuh kita yang mendukung kita saat kita bersujud ( 2 telapak tangan, 2 lutut, 2 ujung kaki dan 1 jidad)
  • jumlah hari juga ada 7 ( ahad, senin, selasa, rabu, kamis, jum’at & sabtu)
  • Thowaf, sa’i, lempar jumrah juga 7 kali
  • Ada 7 ayat yang menjadi rukun shalat yaitu ummul kitab:al Fatihah yang terdiri dari 7 ayat

  • Nabi Muhammad ketika menerima perintah sholat juga di langit tingkat 7 (inget peristiwa Mi’raj)

  • Warna yang terurai pada cahaya juga ada 7 (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu).

Selain itu dalam ilmu matematika angka tujuh itu memiliki karakteristik tersendiri yaitu merupakan salah satu angka yang tidak bisa dibagi-bagi / dipecah oleh bilangan lain kecuali oleh angka 1 dan angka 7 itu sendiri. Mengapa demikian?

Ada 2 alasan : pertama, secara matematis karena angka 7 adalah bilangan Prima, yang kedua secara filosofi, karena angka 7 adalah angka yang ”tahu” bahwa yang bisa ”memahami” jati dirinya hanyalah angka satu dan tujuh itu sendiri.

Inilah salah satu karakteristik seorang yang beriman. Hendaknya ia memiliki karakter seperti angka tujuh. Seorang muslim harus memiliki konsistensi dan komitmen terhadap kebenaran yang sangat tinggi dan Prima. Ia tidak akan bisa dipecah, dibagi maupun dipengaruhi oleh orang lain, kecuali dirinya sendiri yang harus menentukan jalan hidupnya dengan bimbingan Yang MahaSATU yaitu Allah, Swt.


Dikutip dari ”menikmati keindahan Allah melalui logika & tanda2 oleh: HM.Taufik Jafri" dg perubahan seperlunya


Wednesday, February 20, 2008

Menerjang Banjir

Maksud hati mau menghindari banjir. E e..e.. ternyata malah terjebak banjir. Begitulah kejadian kemaren sore ketika saya pulang kantor. Hujan akhir2 ini memang membuat kota Semarang betul2 terapung. Bukan saja kaline yang banjir (seperti lagu : Semarang kaline banjir) tapi sampe ke jalan2nya ikut banjir juga. Walhasil saya harus menempuh rute yang lumayan agak jauh untuk pulang/pergi kantor agar terhindar dari banjir. Jarak yang biasanya bisa ditempuh dalam waktu 30 menit sekarang bisa sampe 1 jam lebih gara2 harus muter untuk menghindari banjir. Seperti biasa saya pulang dari kantor pukul 17.00 dengan mengendarai motor . Waktu itu cuaca sedikit mendung tapi tidak hujan, tapi karena semalem habis hujan tanpa henti pasti jalan kaligawe masih banjir jadi saya pikir lebih aman kalau lewat jalan lain. Akhirnya saya memutuskan untuk lewat jalan Pemuda – Jl.Agus Salim – Jl.Pattimura – Jl.Citarum – Jl.Soekarno Hatta – Jl. Wolter Monginsidi dan kemudian tembus ke pertigaan Genuk. Ternyata e...e... ternyata belum sampe di pertigaan Genuk tepatnya di sepanjang jalan Banjardawa air sudah menutup jalan itu kira2 setinggi setengah roda motor. Padahal pagi hari itu saya juga lewat jalan itu dan belum banjir dan anehnya seharian itu pun tidak turun hujan. Kenapa bisa banjir ya...? Dapat air kiriman kali ya...? Begitulah kalau sudah kehendak-Nya, tidak ada sesuatu yang tidak mungkin. Air sudah menggenang menutupi jalan. Jalanan macet cet...Biasa jam segitu memang jam2 sibuk saatnya para pekerja pada pulang kerja ditambah banjir dan banyak jalan yang berlubang jadi hal itu membuat setiap kendaraan yang lewat harus ekstra hati2. Termasuk saya juga terjebak banjir dan macet. Terpaksa deh harus berbasah-basah untuk melewati banjir itu. Alhamdulillah ... lega rasanya setelah akhirnya saya berhasil melewati banjir itu meskipun harus melalui antrian panjang. Legaaaa....
Ada satu pelajaran dari kejadian yang saya alami tersebut. Disaat manusia ditimpa musibah apa pun bentuknya apakah itu berupa masalah atupun bencana dibutuhkan kesabaran. Sama disaat itu pula kesabaran saya sedang diuji. Karena waktu itu saya harus bersabar disaat badan ini cape selesai pulang kerja, di hadang banjir ditambah lagi dengan antrian panjang karena macet. Lengkap sudah rintangan yang harus saya lalui untuk pulang menuju ke rumah. Tapi alhamdulillah nya waktu itu tidak turun hujan. Coba kalau hujan, wah tambah berbasah-basah deh. Selain sabar manusia harus juga pandai bersyukur. Masih untung rumah kita gak kebanjiran. Kalau kita tengok masih ada saudara2 kita yang rumahnya keanjiran. Benar kalau ada ungkapan mengatakan : untuk urusan duniawi lihatlah ke bawah agar kita pandai bersyukur. Kalau kita masih bisa naik motor cobalah lihat pengendara sepeda ontel, mereka harus cape mengayuh sepeda sedangkan kita tinggal tancap gas. Bagi pemakai sepeda ontel lihatlah pejalan kaki. Begitu seterusnya. Nah...jadi peristiwa banjir jangan dilihat sisi ruginya saja, tatap juga segi positifnya. Hikmah dibalik peristiwa mungkin akan membuat diri kita lebih terasah. Cobalah untuk menemukan hikmah di setiap kejadian yang menimpa diri kita. Allah Swt pasti punya rencana di setiap iradah-(kehendak)–Nya. Semoga kita bisa menuai hikmah di setiap kejadian. Amien ...

Friday, February 15, 2008

Try Out SALAM 2008


Tampak Peserta Try Out SALAM 2008

Foto pada acara Try Out UAN yang diadakan oleh SALAM Demak di Gedung DPRD Demak tanggal 10 Februari 2008 yang diikuti oleh kurang lebih 200 pelajar SMA di Demak.
Semoga acara tersebut bisa memberikan manfaat bagi adik2 pelajar yang akan menghadapi Ujian Naasional bulan April mendatang.
Sukses buat adik2 pelajar Demak
jangan lupa belajar dan berdo'a


Ilmu dan Binatang Buruan

Al’ilmu shaidun wal kitabatu qoidun. Itulah kira-kira bunyi ungkapan yang selalu menginspirasi saya untuk selalu menuliskan semua pengetahuan atau hal-hal baru yang saya dapat berkenaan dengan ilmu. Kalau diterjemahkan dalam arti bebas ilmu itu ibarat binatang buruan dan tulisan/catatan adalah sebagai tali pengikatnya. Bisa dibayangkan jika kita berburu binatang dan berhasil menangkapnya dan kita tidak mengikat binatang itu maka apa yang terjadi? Bisa dipastikan jawabannya adalah lepaslah binatang itu. maka yang harus kita lakukan adalah mengikatnya supaya binantang itu tidak lepas. Sama juga dengan ilmu jika kita telah mendapatkannya perlu diikat supaya ilmu itu tidak lepas. Caranya adalah dengan menuliskannya. Aafatal ‘ilmi annisyan, karena bahayanya ilmu adalah lupa. Memang sudah menjadi sifatnya bahwa manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Dengan menuliskan setiap ilmu yang kita dapat berarti kita telah melakukan antisipasi terhadap hilangnya ilmu dari diri kita. Sewaktu-waktu kita lupa akan ilmu itu kita masih bisa membuka kembali tulisan yang berisi catatan ilmu itu. Menulis juga merupakan cara efektif untuk belajar. Saya jadi ingat kata-kata dari ustadz saya dan saya ingin berbagi kepada kawan-kawan tentang apa yang pernah dikatakan oleh sang ustadz itu; bahwa menulis itu penting. Dengan menulis berarti kita juga membaca tapi kalau membaca belum tentu kita menulis. Menulis membantu otak kita untuk menyimpan informasi yang kita tulis. Menulis membantu memudahkan kita untuk menghafal. Menulis juga hal yang mudah kita lakukan jadi ...
Mulailah untuk menuliskan setiap ilmu yang kawan peroleh...
Ikatlah ilmu dengan menuliskannya...

Thursday, January 24, 2008

Bacalah al Qur’an dan Shalawat

Hari ke-5 bulan Muharram setahun yang lalu tepatnya tanggal 24 Januari 2007. Pagi itu pukul 06.30 Wib di ruang ICU Abi tercinta telah dipanggil Sang Mahapencipta. Setelah 5 hari di rawat di RSI Sultan Agung Semarang. Sungguh peristiwa itu membuat keluarga kami sangat kehilangan sosok orang tua yang senantiasa membimbing, mendidik anak-anaknya dengan harapan kelak putra putrinya bisa menjadi anak-anak yang soleh dan solehah berbakti kepada kedua orang tua, taat beragama, bermanfaat bagi sesama dan berguna bagi masyarakat, bangsa dan Negara. Di usianya yang ke-63 beliau meninggalkan 5 orang anak (4 putra dan 1 putri) saya adalah putra bungsu dari 5 bersaudara tersebut.

Kini setahun sudah Abi hijrah ke alam barzah. Kami putra-putrimu disini hanya bisa menengadahkan kedua tangan memohonkan ampunan dan rahmat kepada Allah, Swt. Teriring doa :
“ Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu’anhu, Allahumma latahrimna ajrahu walataftinna ba’dahu waghfirlana walahu”.

Abi, belum sempat ananda ini membalas semua kebaikan yang Abi berikan selama ini. Begitu banyak ilmu yang Abi berikan kepada anak2mu sehingga kami bisa tumbuh dewasa. Do’aku semoga abi bahagia disurga-Nya. Kami putra-putrimu disini akan terus berjuang meneruskan cita-citamu dengan bekal ilmu yang telah Abi tularkan.

Satu pesan Abi yang selalu kuingat adalah
“Bacalah selalu al Quran dan Shalawat karena kelak keduanyalah yang bisa memberikan syafaat (pertolongan) di hari akhir”.

Al Quran diturunkan bukan untuk hiasan tapi sebagai pedoman hidup. Ibarat sebuah perusahaan jika mereka mengeluarkan sebuah produk, misalnya televisi, computer, dan yang lainnya pasti disertai dengan manual book (buku petunjuk) pemakaian/penggunaan produk tersebut sehingga produk tersebut bisa dipakai dengan baik dan tidak gampang rusak. Begitu juga Allah, Swt menciptakan manusia disertai pula dengan buku petunjuk hidup yaitu berupa al Quran agar manusia bisa menjalankan kehidupannya dengan baik. Buku panduan, tak ada artinya kalau tidak dibaca, dipahami dan diikuti. Sama halnya dengan al Quran tak akan memberi manfaat apa pun, jika hanya disimpan di almari atau dipajang di rak buku. Dan tidak hanya dibaca saja tapi harus juga dipahami dan diamalkan serta diajarkan. Rasulullah suatu ketika pernah berkata : “Sebaik-baik kamu adalah yang mau belajar al Quran dan mengajarkannya”. Ketika kita sudah bisa membaca al Quran selanjutnya harus memahaminya dengan cara belajar selanjutnya mengamalkannya dan mengajarkannya. Ingat redaksi hadits Nabi diatas menggunakan kata ‘dan” bukan “atau”. Jadi ketika kita sudah belajar al Quran dan sudah bisa, langkah selanjutnya adalah mengajarkannya.

Membaca shalawat adalah bukti cinta kita kepada Rasulullah Muhammad, Saw. Kita sebagai ummat beliau sudah seharusnya berkwajiban membaca shalawat kepadanya. Allah, Swt dan malaikat-Nya pun membaca shalawat kepada Nabi mengapa kita tidak..? bahkan di dalam al Quran Allah memerintahkan kita untuk bershalawat. Begitu besar cinta Rasulullah kepada ummatnya sehingga beliau menganggap kita bukan sekedar sebagai ummat tapi lebih dari itu kita dianggap sebagai saudara Beliau. Saya jadi ingat suatu kisah, suatu ketika di sebuah majelis Rasululah pernah berkata : ”Andaikan aku bisa berjumpa dengan saudaraku...” belum selesai ucapan Nabi, seorang sahabat beliau memotong pembicaraan beliau, ”Ya Rasul.. bukankah kami ini adalah saudara-saudaramu?”. ”Bukan, kalian adalah sahabatku, yang kumaksud dengan saudaraku adalah mereka yang tidak pernah melihatku, tidak pernah bertemu denganku namun mereka mau beriman kepadaku”. Sungguh terkejut para sahabat-sahabat beliau. Kemudian Rasulullah melanjutkan pembicaraannya,”Kalian adalah sahabatku, kalian sudah melihatku, bertemu dengan ku dan beriman kepadaku sedangkan saudaraku belum pernah melihatku apalagi berjumpa denganku namun mereka mau beriman kepadaku.”
Begitulah anggapan dan cintanya Rasulullah terhadap kita sebagai umat sepeninggal Beliau. Kita dianggap sebagai saudara lebih dari sahabat. Jadi sudah pantas dan menjadi kwajiban kita untuk membalas cinta Beliau salah satunya adalah dengan bershalawat. Karena dengan bershalawat kepadanya Insya Allah kita akan mendapatkan syafa’at (pertolongan) dari Rasulullah Muhammad, Saw kelak di hari kiamat. Semoga.....
Allahummashalli ’ala sayyidina Muhammad wa ’ala ali sayyidina Muhammad.....

Wednesday, January 09, 2008

Tahun Baru Semangat Baru

Satu hari lagi kita akan memasuki bulan Muharram, bulan yang menandai datangnya kembali tahun baru hijriyah. Kali ini kita akan memasuki tahun 1429 Hijriyah. Tentunya ada sejuta harapan dan impian yang memenuhi dada kita dalam menyambut datangnya tahun baru hijriyah.
Dengan pergantian waktu setahun, menunjukkan bahwa umur kita bertambah satu tahun, tetapi kesempatan hidup kita di dunia telah berkurang pula satu tahun, yang berarti semakin jauh kita dari kelahiran dan semakin dekat kita kepada kematian.
Hasan al-Basri mengumpamakan manusia bagaikan kumpulan hari-hari, setiap hari yang pergi, kita seperti kehilangan bagian dari diri kita. Apa yang telah pergi tidak akan pernah kembali.
Seperti yang dikatakan Imam Ghazali bahwa yang paling jauh di dunia ini dari kita adalah masa lalu karena apapun kendaraannya kita tidak akan bisa kembali ke masa lalu. Makanya kita harus menjaga hari-hari kita, baik hari ini maupun yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran agama.
Tahun baru hijriyah mengingatkan kita kepada kejadian spektakuler yang pernah terjadi dalam sejarah Islam, yaitu peristiwa "hijrah". Hijrah secara harfiah artinya perpindahan dari satu negeri ke negeri lain, dari satu kawasan ke kawasan lain, atau perubahan lokasi dari titik tertentu ke titik yang lain.
Secara historis, hijrah adalah peristiwa keberangkatan nabi besar Muhammad s.a.w. dan para sahabatnya dari kota Makkah menuju kota Yatsrib, yang kemudian disebut al-Madinah al-Munawwarah.
Ditetapkannya peristiwa hijrah Rasulullah dari Makkah ke Madinah sebagai awal tahun dari penanggalan atau kalender Islam, mengandung beberapa hikmah yang sangat berharga bagi kaum muslimin, diantaranya:
Pertama: perisitwa hijrah Rasululah dan para sahabatnya dari Makkah ke Madinah merupakan tonggak sejarah yang monumental dan memiliki makna yang sangat berarti bagi setiap muslim, karena hijrah merupakan tonggak kebangkitan Islam yang semula diliputi suasana dan situasi yang tidak kondusif di Makkah menuju suasana yang prospektif di Madinah.
Kedua: Hijrah mengandung semangat perjuangan tanpa putus asa dan rasa opimisme yang tinggi, yaitu semangat berhijrah dari hal-hal yang buruk kepada yang baik, dan hijrah dari hal-hal yang baik ke yang lebih baik.
Rasulullah s.a.w. dan para sahabatnya telah melawan rasa sedih dan takut dengan berhijrah, meski harus meninggalkan tanah kelahiran, sanak saudara dan harta benda.
Ketiga: Hijrah mengandung semangat persaudaraan, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah s.a.w. pada saat beliau mempersaudarakan antara kaum muhajirin dengan kaum anshar, bahkan beliau telah membina hubungan baik dengan beberapa kelompok yahudi yang hidup di Madinah dan sekitarnya.
Dalam konteks sekarang ini, pemaknaan hijrah tentu bukan selalu harus identik dengan meninggalkan kampung halaman seperti yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w. dan kaum muhajirin, tetapi pemaknaan hijrah lebih kepada nilai-nilai dan semangat berhijrah itu sendiri, karena hijrah dalam arti seperti ini tidak akan pernah berhenti.
Dalam sebuah riwayat dikisahkan, ada seorang yang mendatangi Rasulullah dan berkata: wahai Rasulullah, saya baru saja mengunjungi kaum yang berpendapat bahwa hijrah telah berakhir, Rasulullah bersabda: ”Sesungguhnya hijrah itu tidak ada hentinya, sehingga terhentinya taubat, dan taubat itu tidak ada hentinya sehingga matahari terbit dari sebelah barat”.
Untuk itu, mari kita jadikan makna hijrah dengan semangat menyambut masa yang akan datang dengan penuh harapan, kita yakin bahwa sehabis gelap akan terbit terang, setelah kesusahan akan datang kemudahan dan kita yakin bahwa pagi pasti akan datang walaupun malam terasa begitu lama dan panjang. Karena roda kehidupan selalu berputar dan tidak mungkin berhenti.Imam Syafi’i pernah berkata:”Memang sebenarnya zaman itu sungguh menakjubkan, sekali waktu engkau akan mengalami keterpurukan, tetapi pada saat yang lain engkau memperoleh kejayaan”.
Mari kita jadikan peralihan tahun sebagai momen untuk melihat kembali catatan yang mewarnai perjalanan hidup masa lalu, dengan melakukan renungan atas apa yang telah kita perbuat. Kita gunakan kesempatan ini untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup di dunia dan akhirat kelak, dengan bercermin kepada nilai-nilai dan semangat hijrah dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat, karena sesungguhnya Allah menjadikan pergantian siang dan malam untuk dijadikan pelajaran dan mengungkapkan rasa syukur, sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Furqan:62:
Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. "

Monday, January 07, 2008

Banjir dan Batu Kecil

Seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat ke atas tembok yang sangat tinggi. Pada suatu saat ia harus menyampaikan pesan penting kepada teman kerjanya yang ada di bawahnya. Pekerja itu berteriak-teriak, tetapi temannya tidak bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja.
Oleh karena itu uuntuk menarik perhatian orang yang ada di bawahnya, ia coba melemparkan uang logam di depan temannya. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang itu lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang kedua pun memperoleh hasil yang sama.
Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya ke arah orang itu. Batu itu tepat mengenai kepala temannya, dan karena merasa sakit, temannya menengadah ke atas. Dan sekarang pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yang berisi pesannya.
-----

Allah Swt kadang-kadang menggunakan cobaan-cobaan untuk membuat kita menengadah, ingat dan bersyukur kepada-Nya. Seringkali Allah Swt melimpahi kita dengan rahmat, tetapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepada-Nya. Karena itu, agar kita selalu mengingat kepada-Nya, Allah Swt sering menjatuhkan ”batu kecil” kepada kita.

Banjir, tanah longsor dan sederet musibah lainnya yang menimpa negeri ini bisa diibaratkan sebagai batu kecil seperti yang tertulis dalam cerita di atas. Mungkin selama ini kita lalai dan lupa kepada Rabb yang telah menciptakan alam ini. Telah banyak nikmat dan karunia –Nya yang diberikan kepada bangsa Indonesia ini. Indonesia yang kaya akan SDA (Sumber Daya Alam) yang tersebar di seluruh pulau di Indonesia ini tak lain dan tak bukan adalah karunia & anugerah dari Allah, Swt. Namun bangsa ini seakan lupa dan tiada pernah bersyukur dengan semua itu. Bahkan dengan seenaknya ada yang menebang pohon tanpa memikirkan akibatnya. Penggundulan hutan ada dimana-mana. Perbuatan dosa ada dimana-mana. Coba kalau kita lihat berita di televisi sebagian besar dihiasi dengan berbagai berita kriminal. Mulai dari mencuri (termasuk korupsi), merampok, pembunuhan, aborsi, bahkan sampai dengan pemerkosaan. Sudah banyak manusia yang tanpa malu melakukan dosa. Bahkan ada yang bangga dengan pakaian mereka yang membuka aurat. Sungguh bangsa ini sudah lupa akan Tuhannya. Benarkah musibah yang menimpa di akhir 2007 dan masih terjadi di awal 2008 ini merupakan teguran, ujian atau bahkan azab dari Allah, Swt. Mari bersama-sama kita menengadah kepada-Nya memohon ampunan kepada-Nya atas dosa-dosa yang selama ini kita berbuat sehingga membuat Allah murka kepada bangsa ini. Meminta rahmat dan kasih sayang-Nya. Semoga Allah Azza wa Jalla berkenan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada bangsa Indonesia dan mudah-mudahan kita bisa menjadi bangsa yang senantiasa bersyukur kepada Tuhannya dan bisa mencintai dan peduli kepada sesamanya. Semoga...

Wednesday, January 02, 2008

Hidup adalah Rangkaian Syukur dan Sabar

Musibah itu datang lagi...
Di penghujung tahun 2007 ini bangsa Indonesia kembali berduka. Sederet bencana melanda negeri ini. Hampir di kota-kota di pulau jawa bahkan di luar pulau jawa pun merasakan bencana itu. Mulai dari banjir, tanah longsor, luapan pasang air laut, angin putting beliung, hingga kecelakaan transportasi.

Malam itu hari Rabu 26 Desember 2007 pukul 21.00 telpon rumah berdering. Kring…kring…Kebetulan yang mengangkat telpon waktu itu kakak ipar saya. Ternyata telpon itu dari Solo dimana ada keluarga kami (Paman) yang tinggal disana. Dari ujung gagang telpon itu ada kabar bahwa rumah mereka sudah tergenang air akibat luapan kali bengawan solo. Tinggi air saat itu katanya sudah mencapai leher orang dewasa, kira-kira hampir 2 meter. Saat itu mereka sekeluarga mengungsi di rumah nenek yang masih di daerah Solo juga. Alhamdulillah semua keluarga selamat. Mereka semua ber-enam (Paman, istrinya dan 4 anaknya).

Kami keluarga yang ada di Demak pun ikut berduka merasakan musibah yang menimpa keluarga kami di Solo. Ingin sekali kami mengunjungi mereka namun keadaan belum memungkinkan karena kondisi air yang masih mengepung daerah dimana mereka tinggal. Rencana itu pun kami tunda. Hari minggu 30 Desember 2007 terkirim kabar bahwa air sudah surut. Mereka sudah kembali ke rumahnya untuk membersihkan rumah dari lumpur akibar banjir itu.

Selasa, 1 Januari 2008. Hujan masih menghiasi pagi kala itu. Sejak semalam hujan belum reda juga. Pagi itu kami keluarga besar di Sayung dengan sebuah Bus dengan kapasitas 30 orang berangkat menuju ke Solo untuk menengok keluarga Paman yang baru saja terkena musibah banjir. Alhamdulillah di sepanjang perjalanan kami, hujan tidak lagi turun walaupun ada sejumlah daerah yang kami lewati masih saja diguyur air yang turun dari langit itu. Akhirnya kami pun sampai di rumah Paman setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama 3 jam.

Setibanya disana suasana haru menyelimuti pertemuan kami. Ada tangis haru dan tetes air mata yang tak terbendung. Dinding yang basah setinggi hampir 2 meter masih membekas dan terlihat jelas akibat banjir. Bahkan ada rumah yang ketika banjir hanya terlihat atap gentengnya saja. Suasana kampung masih terlihat kegiatan warga yang membersihkan rumah-rumah mereka setelah 3 hari ditinggal ke pengungsian untuk mengamankan keluarga mereka dari banjir.

Walaupun musibah banjir itu datang masih ada rasa sabar dan syukur dihati keluarga Paman. “Alhamdulillah kami sekeluarga masih selamat dan rumah hanya terendam setinggi leher orang dewasa karena masih ada yang lebih parah lagi hingga rumahnya ada yang terendam seluruhnya”, ujar Paman. Mereka yang rumahnya terendam kebanyakan yang ada di bantaran tanggul. Memang rasa syukur sudah seharusnya kita miliki di setiap suasana selain rasa sabar juga. Karena kata orang bijak “Hidup itu adalah rangkaian Syukur dan Sabar”. Bersyukur disaat mendapat nikmat dan bersabar dikala mendapat musibah.

Hanya sedikit bantuan berupa sembako dan sejumlah uang yang bisa kami berikan kepada keluarga Paman. Mudah-mudahan bisa meringankan duka musibah yang menimpa. Doa kami semoga Paman sekeluarga diberi ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan hidup ini. Bertambah rasa cintanya kepada Allah dan kepada sesama. Semakin dekat dengan-Nya. Dibukakan pintu rizki yang luas dan barokah. Amien…