Musibah itu datang lagi...
Di penghujung tahun 2007 ini bangsa Indonesia kembali berduka. Sederet bencana melanda negeri ini. Hampir di kota-kota di pulau jawa bahkan di luar pulau jawa pun merasakan bencana itu. Mulai dari banjir, tanah longsor, luapan pasang air laut, angin putting beliung, hingga kecelakaan transportasi.
Malam itu hari Rabu 26 Desember 2007 pukul 21.00 telpon rumah berdering. Kring…kring…Kebetulan yang mengangkat telpon waktu itu kakak ipar saya. Ternyata telpon itu dari Solo dimana ada keluarga kami (Paman) yang tinggal disana. Dari ujung gagang telpon itu ada kabar bahwa rumah mereka sudah tergenang air akibat luapan kali bengawan solo. Tinggi air saat itu katanya sudah mencapai leher orang dewasa, kira-kira hampir 2 meter. Saat itu mereka sekeluarga mengungsi di rumah nenek yang masih di daerah Solo juga. Alhamdulillah semua keluarga selamat. Mereka semua ber-enam (Paman, istrinya dan 4 anaknya).
Kami keluarga yang ada di Demak pun ikut berduka merasakan musibah yang menimpa keluarga kami di Solo. Ingin sekali kami mengunjungi mereka namun keadaan belum memungkinkan karena kondisi air yang masih mengepung daerah dimana mereka tinggal. Rencana itu pun kami tunda. Hari minggu 30 Desember 2007 terkirim kabar bahwa air sudah surut. Mereka sudah kembali ke rumahnya untuk membersihkan rumah dari lumpur akibar banjir itu.
Selasa, 1 Januari 2008. Hujan masih menghiasi pagi kala itu. Sejak semalam hujan belum reda juga. Pagi itu kami keluarga besar di Sayung dengan sebuah Bus dengan kapasitas 30 orang berangkat menuju ke Solo untuk menengok keluarga Paman yang baru saja terkena musibah banjir. Alhamdulillah di sepanjang perjalanan kami, hujan tidak lagi turun walaupun ada sejumlah daerah yang kami lewati masih saja diguyur air yang turun dari langit itu. Akhirnya kami pun sampai di rumah Paman setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama 3 jam.
Setibanya disana suasana haru menyelimuti pertemuan kami. Ada tangis haru dan tetes air mata yang tak terbendung. Dinding yang basah setinggi hampir 2 meter masih membekas dan terlihat jelas akibat banjir. Bahkan ada rumah yang ketika banjir hanya terlihat atap gentengnya saja. Suasana kampung masih terlihat kegiatan warga yang membersihkan rumah-rumah mereka setelah 3 hari ditinggal ke pengungsian untuk mengamankan keluarga mereka dari banjir.
Walaupun musibah banjir itu datang masih ada rasa sabar dan syukur dihati keluarga Paman. “Alhamdulillah kami sekeluarga masih selamat dan rumah hanya terendam setinggi leher orang dewasa karena masih ada yang lebih parah lagi hingga rumahnya ada yang terendam seluruhnya”, ujar Paman. Mereka yang rumahnya terendam kebanyakan yang ada di bantaran tanggul. Memang rasa syukur sudah seharusnya kita miliki di setiap suasana selain rasa sabar juga. Karena kata orang bijak “Hidup itu adalah rangkaian Syukur dan Sabar”. Bersyukur disaat mendapat nikmat dan bersabar dikala mendapat musibah.
Hanya sedikit bantuan berupa sembako dan sejumlah uang yang bisa kami berikan kepada keluarga Paman. Mudah-mudahan bisa meringankan duka musibah yang menimpa. Doa kami semoga Paman sekeluarga diberi ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan hidup ini. Bertambah rasa cintanya kepada Allah dan kepada sesama. Semakin dekat dengan-Nya. Dibukakan pintu rizki yang luas dan barokah. Amien…
Di penghujung tahun 2007 ini bangsa Indonesia kembali berduka. Sederet bencana melanda negeri ini. Hampir di kota-kota di pulau jawa bahkan di luar pulau jawa pun merasakan bencana itu. Mulai dari banjir, tanah longsor, luapan pasang air laut, angin putting beliung, hingga kecelakaan transportasi.
Malam itu hari Rabu 26 Desember 2007 pukul 21.00 telpon rumah berdering. Kring…kring…Kebetulan yang mengangkat telpon waktu itu kakak ipar saya. Ternyata telpon itu dari Solo dimana ada keluarga kami (Paman) yang tinggal disana. Dari ujung gagang telpon itu ada kabar bahwa rumah mereka sudah tergenang air akibat luapan kali bengawan solo. Tinggi air saat itu katanya sudah mencapai leher orang dewasa, kira-kira hampir 2 meter. Saat itu mereka sekeluarga mengungsi di rumah nenek yang masih di daerah Solo juga. Alhamdulillah semua keluarga selamat. Mereka semua ber-enam (Paman, istrinya dan 4 anaknya).
Kami keluarga yang ada di Demak pun ikut berduka merasakan musibah yang menimpa keluarga kami di Solo. Ingin sekali kami mengunjungi mereka namun keadaan belum memungkinkan karena kondisi air yang masih mengepung daerah dimana mereka tinggal. Rencana itu pun kami tunda. Hari minggu 30 Desember 2007 terkirim kabar bahwa air sudah surut. Mereka sudah kembali ke rumahnya untuk membersihkan rumah dari lumpur akibar banjir itu.
Selasa, 1 Januari 2008. Hujan masih menghiasi pagi kala itu. Sejak semalam hujan belum reda juga. Pagi itu kami keluarga besar di Sayung dengan sebuah Bus dengan kapasitas 30 orang berangkat menuju ke Solo untuk menengok keluarga Paman yang baru saja terkena musibah banjir. Alhamdulillah di sepanjang perjalanan kami, hujan tidak lagi turun walaupun ada sejumlah daerah yang kami lewati masih saja diguyur air yang turun dari langit itu. Akhirnya kami pun sampai di rumah Paman setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama 3 jam.
Setibanya disana suasana haru menyelimuti pertemuan kami. Ada tangis haru dan tetes air mata yang tak terbendung. Dinding yang basah setinggi hampir 2 meter masih membekas dan terlihat jelas akibat banjir. Bahkan ada rumah yang ketika banjir hanya terlihat atap gentengnya saja. Suasana kampung masih terlihat kegiatan warga yang membersihkan rumah-rumah mereka setelah 3 hari ditinggal ke pengungsian untuk mengamankan keluarga mereka dari banjir.
Walaupun musibah banjir itu datang masih ada rasa sabar dan syukur dihati keluarga Paman. “Alhamdulillah kami sekeluarga masih selamat dan rumah hanya terendam setinggi leher orang dewasa karena masih ada yang lebih parah lagi hingga rumahnya ada yang terendam seluruhnya”, ujar Paman. Mereka yang rumahnya terendam kebanyakan yang ada di bantaran tanggul. Memang rasa syukur sudah seharusnya kita miliki di setiap suasana selain rasa sabar juga. Karena kata orang bijak “Hidup itu adalah rangkaian Syukur dan Sabar”. Bersyukur disaat mendapat nikmat dan bersabar dikala mendapat musibah.
Hanya sedikit bantuan berupa sembako dan sejumlah uang yang bisa kami berikan kepada keluarga Paman. Mudah-mudahan bisa meringankan duka musibah yang menimpa. Doa kami semoga Paman sekeluarga diberi ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan hidup ini. Bertambah rasa cintanya kepada Allah dan kepada sesama. Semakin dekat dengan-Nya. Dibukakan pintu rizki yang luas dan barokah. Amien…
No comments:
Post a Comment