Thursday, December 13, 2007

Bersyukur dalam Segala Suasana

Jarum jam menunjukkan pukul 07.30 saatnya saya berangkat ke kantor. Kebetulan kantor tempat saya bekerja ditempuh kurang lebih tiga puluh menit dengan naik motor. Seperti biasanya dengan motor yang selalu mnemani saya pergi dan pulang kantor pagi itu saya melaju di jalan raya dari rumah menuju ke kantor. Begitu ramainya jalan raya saat itu karena memang jam-jam segitu waktunya manusia mulai berktifitas. Jalanan mulai macet ketika saya memasuki di pertigaan pasar Genuk sampai depan kampus Unissula. Begitu padatnya arus lalu lintas yang dipenuhi mulai dari pejalan kaki, sepeda onthel, sepeda motor, becak, bus, truck sampai mobil mewah. Semuanya bisa dilihat disana. Mereka ada yang buruh pabrik, pekerja kantor, pelajar, mahasiswa, pejabat, direktur perusahaan dan bermacam profesi lainnya. Pagi itu juga mereka mulai berangkat beraktifitas mencari karunia Allah di muka bumi ini. Allah memang Mahakaya bersifat Rahman dan Rahim. Dia tidak tebang pilih dalam memberikan kasih sayang dan nikmat-Nya kepada hamba-Nya. Allah berikan jika mereka mau berusaha. Namun kadang kita sebagai makhluk Allah sering lupa bersyukur atas nikmat yang Dia berikan kepada kita. Sering kita lupa siapa yang memberi kita hidup sehingga kita dapat beraktifitas sehari-hari. Sudah seharusnya kita berterima kasih kepada dzat yang setiap detik menggerakkan jantung kita, mengerdipkan mata kita sehingga kita dapat menikmati indahnya dunia.
Sesampainya di kantor jarum jam sudah menunjukkan pukul 07.55 Wib. Syukur alhamdulillah saya bisa sampai di kantor dengan selamat dan tidak terlambat, karena jam kerjanya mulai pukul 08.00. Saya berusaha untuk selalu bisa bersyukur dalam setiap keadaan. Dengan syukur kepada-Nya kita tidak akan menjadi sombong karena yang mempuntai sifat sombong hanyalah Allah, Swt. Bicara soal syukur saya jadi teringat kejadian beberapa waktu lalu kebetulan saya lupa hari & tanggalnya. Siang itu datang teman saya yang baru balik dari lapangan masuk ke kantor. Dia berjalan menuju ke arah dispenser. Kelihatannya dia begitu haus. Maklum baru saja dia pulang dari survey lapangan (yang cuaca saat itu sedang panas) untuk sebuah proyek. Dia kemudian mengambil air putih dari dispenser itu ke dalam segelas dan meminumnya. Segaaaaarrrr…nikmat sekali air putih ini kalau lagi haus begini. Saya sedikit heran dengan ucapan teman saya tadi. Lalu saya bertanya pada dia, memangnya kalau tidak lagi haus air putihnya gak terasa segar ya..? dia menjawab, bukan begitu kawan air putih ini akan terasa lebih segar jika diminum disaat kita haus. Beda rasanya kalau kita minum dalam keadaan tidak haus. Ooo..beitu ya..? Tanya saya. Betul teman, jawab dia lagi.
Dari kejadian itu saya dapat sebuah pelajaran. Nikmat Allah yang kita terima tidak selalu hal-hal yang kita anggap enak. Kalau kita renungkan Allah memberikan rasa haus kepada manusia itu juga suatu nikmat. Karena dengan adanya rasa haus itu kita bisa merasakan segarnya air putih, seperti yang dikatakan teman saya tadi : yang membuat air putih itu terasa lebih segar ya rasa haus itu. Contoh lain rasa lapar juga akan menambah nikmatnya makanan yang kita makan. Begitu juga dengan rasa sakit. Kita akan tahu nikmatnya karunia sehat jika kita sedang sakit. Jadi rasa haus, lapar dan sakit juga merupakan nikmat dari Allah. Semoga kita tidak termasuk dalam golongan orang yang kufur nikmat tapi sebaliknya mudah-mudahan kita termasuk dalam kategori orang yang senantiasa menyukuri nikmat dan karunia-Nya dalam segala kejadian dan suasana di setiap hembusan nafas kita sehingga Allah Swt akan selalu menambah nikmat-Nya kepada kita. Amien. Semoga …..

No comments: