Air dari langit itu selalu mengguyur bumi kita. Lebih-lebih di bulan Januari ini hampir tiap hari bumi kita dibasahi oleh air yang turun akibat gumpalan awan di langit. Sampai-sampai orang menyebut Januari sebagai akronim yang mempunyai kepanjangan hujan sehari-hari. Karena, tidak pagi, siang atau sore bahkan malam hari hujan terus mengguyur. Seolah-olah tak kenal waktu. Begitulah kalau Allah Swt sudah berkehendak. Tidak ada seoarang pun yang bisa menghalangi. Allah mempunyai sifat Fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu. Allah berhak untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. Jadi hujan atau tidak itu semua sudah hak/wewenang Allah sebagai Rabbul’alamin (penguasa alam).
Iya...hujan akhir-akhir ini membuat kota Semarang tergenang. Hampir di jalan-jalan yang setiap hari aku lalui setiap kali berangkat kerja tertutup oleh air. Tidak hanya tertutup oleh air langit tapi juga air laut (baca: air rob) yang selalu sampai ke badan jalan karena saluran yang ada sudah tidak lagi bisa menampung banyaknya air yang masuk. Sudah beberapa hari ini ketika berangkat dan pulang kerja aku selalu dihadang banjir. Tak terkecuali tadi pagi, aku pun menerjang banjir. Setelah semalaman hujan mengguyur air yang tergenang semakin tinggi bahkan banjir makin meluas. Jalan yang kemarin belum tersentuh air kini sudah setinggi 10-30 Cm. Air sebagai sumber kehidupan seharusnya menjadi sahabat bagi makhuk hidup termasuk kita ini, manusia. Tetapi ketika jumlah air itu sudah over bisa jadi menjadi bencana bagi manusia. Apapun kondisinya tergantung kita menyikapinya. Mungkin Allah Sang pencipta air ini ingin memberi pelajaran bagi makhluknya. Manusia yang dalam penciptaannya dilengkapi dengan akal diperintahkan untuk berfikir. ”Tafakkaruu fi kholqillah wa latafakkaru fi dzatillah” (Berfikirlah tentang ciptaan-Nya jangan berfikir tentang dzat-Nya).
Barangkali Allah ingin memberi peringatan dengan datangnya banjir dimana-mana. Kadang manusia tanpa sadar telah melakukan hal-hal yang melanggar agama. Manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi ini diberi kepercayaan untuk mengelola alam. Namun sebagian dari kita ada yang lupa dan tanpa sadar telah merusak alam sekitar kita. Perilaku manusia yang tidak bersahabat dengan alam (seperti : membuang sampah sembarangan & menebang pohon dengan liar) sepertinya membuat alam ini sudah bosan bersahabat dengan kita ( kaya lagunya Kang Ebiet ni...). Kalau alam sudah enggan bersahat dengan kita beginilah jadinya. Banjir dimana-mana, tanah longsor melanda.
Telah nampak kerusakan didarat dan dilaut disebabkan karena perbuatan manusia. Supaya Allah SWT merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali kepada jalan yang benar. ( QS AR Ruum : 41 )
Jelas bahwa sesungguhnya kerusakan lingkungan baik itu didarat seperti; kebakaran hutan, banjir, tanah longsor, penyakit menular, maupun dilaut seperti; pencemeran air laut, matinya flora laut, punahnya ikan dan makhluk hidup laut lainnya, adalah mata rantai dari kerusakan lingkungan akibat perbuatan manusia.
Kondisi semacam ini menjadi peringatan bagi kita. Bagaimana kita menjawab kejadian-kejadian ini. Bagaimana kita merespon alarm dari Sang Pencipta. Menurut ayat di atas jawabannya adalah supaya kita kembali ke jalan yang benar. Betuuul...kalau selama ini kita telah berbuat salah mari kita perbaiki kesalahan kita. Karena manusia yang baik bukanlah manusia yang tidak pernah berbuat salah tetapi manusia yang baik adalah manusia yang pernah berbuat salah dan mau memperbaikinya. Dan jika selama ini kita memusuhi alam mari mulai sekarang kita kembali bersahabat dengan alam.
1 comment:
kesadaran terkadang baru timbul sesaat setelah kejadian... beruntunglah bagi mereka yg senantiasa sadar dan menggunakan akalnya ya. sesungguhnya alam dan manusia merupakan satu kesatuan yg tak terpisahkan
Post a Comment