Apa sih sebenarnya yang membedakan antara orang miskin dan orang kaya. Sudah menjadi jawaban umum kalau hartalah yang menjadi pembeda antara keduanya. Orang yang berpenghasilan tinggi bisa juga disebut sebagai orang kaya atau sebaliknya orang miskin adalah orang yang penghasilannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya.
Namun beda halnya jika ditinjau dari kacamata agama Islam. Dalam konsepsi Islam, yang membedakan antara orang kaya dengan orang miskin ialah rasa syukur manusia atas karunia Allah. Orang kaya adalah insan yang tak pernah lupa mensyukuri setiap kenikmatan yang diperolehnya. Sedang orang miskin adalah kelompok yang lalai bersyukur, kufur dan merasa tiap karunia yang didapatnya bukan karena campur tangan Allah.
Dalam kisah, Nabi Musa a.s pernah didatangi orang kaya dan orang miskin (materi). Si-kaya minta agar dia didoakan menjadi orang miskin sedangkan si-miskin mohon agar didoakan menjadi orang kaya. Maka Musa meminta yang kaya agar dia menjadi orang yang kufur nikmat. Namun si-kaya menjawab, “Bagaimana bisa kufur kalau segala kebutuhan yang kuperlukan sudah tersedia dan aku tinggal menggunakannya.” Kemudian Musa berkata, “Itulah sebabnya kamu tidak bisa miskin karena kamu selalu bersyukur.”
Kepada si-miskin, Musa meminta sebaliknya agar dia menjadi orang yang bersyukur. Tapi orang tersebut menjawab, “Bagaimana aku dapat bersyukur kalau aku tak memiliki apa-apa. Untuk beribadah saja aku tak memiliki alat ibadah yang memadai.” Musa pun kembali menegaskan, “Itulah sebabnya kamu tidak bisa menjadi kaya karena kamu tidak mau bersyukur dengan apa yang ada.”
Dari kisah tersebut, inti bersyukur adalah kemampuan kita memanfaatkan apa yang telah dimiliki seoptimal mungkin untuk beribadah kepada Allah. Meminjam istilah ekonomi, orang yang bersyukur adalah insan yang mampu mengolah modal minimum untuk menghasilkan pendapatan yang maksimum. Atau bersyukur merupakan sikap dewasa seorang muslim untuk menjadikan hak kepemilikannya bernilai keberkahan (barokah).
Bukankah Allah telah menjanjikan tawaran yang luar biasa bagi orang bersyukur, seperti firman-Nya,
“Barangsiapa yang mampu bersyukur (mengoptimalkan hartanya) kepada (di jalan) Allah maka (yakinlah) Allah akan melipatgandakan nikmat-Nya” QS. Ibrohim : 7
Sudah pasti manfaat syukur itu akan kembali dirasakan manusia sebagai subjek syukur, bukan kembali kepada Allah karena Dialah Yang Maha Kaya dan Maha Pemberi. Semoga kita bisa menjadi manusia yang pandai mensyukuri segala karunia-Nya.....
Friday, September 19, 2008
Subscribe to:
Posts (Atom)