Angka tujuh memang sangat unik. Bahkan kita sering dengar istilah atau ungkapan yang berkaitan dengan angka tujuh walaupun sebenarnya gak ada hubungannya dengan angka tujuh itu. Semisal pusing tujuh keliling (seperti judul tulisan ini), tujuh turunan. Yang menjadi pertanyaan kenapa yang dipakai itu angka 7 bukan angka lainnya seperti 2, 4, 6 atau angka lainnya? Silakan Anda menjawab sendiri.
Tapi yang pasti angka 7 itu memiliki karakteristik sendiri. Dan satu lagi Allah menciptakan angka tujuh ini bukan secara kebetulan. Allah menciptakan alam ini maupun peristiwa pergantian malam dan siang adalah dengan Iradah-Nya (kehendak/kesengajaan). Ternyata ada beberapa yang istimewa berkaitan dengan angka 7 itu sendiri, diantaranya yaitu :
- ada 7 lubang yg kita basuh disetiap kali kita berwudlu, yaitu 2 mata (membasuh penglihatan yang sering tidak terarah), 2 lubang hidung ( membasuh penafasan agar tetap suci & terjaga), 2 lubang telinga (membasuh pendengaran yang sering salah) dan 1 mulut kita (membasuh kesalahan & kehilafan yang sering dilakukan)
- ada 7 anggota tubuh kita yang mendukung kita saat kita bersujud ( 2 telapak tangan, 2 lutut, 2 ujung kaki dan 1 jidad)
- jumlah hari juga ada 7 ( ahad, senin, selasa, rabu, kamis, jum’at & sabtu)
- Thowaf, sa’i, lempar jumrah juga 7 kali
- Ada 7 ayat yang menjadi rukun shalat yaitu ummul kitab:al Fatihah yang terdiri dari 7 ayat
- Nabi Muhammad ketika menerima perintah sholat juga di langit tingkat 7 (inget peristiwa Mi’raj)
- Warna yang terurai pada cahaya juga ada 7 (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu).
Ada 2 alasan : pertama, secara matematis karena angka 7 adalah bilangan Prima, yang kedua secara filosofi, karena angka 7 adalah angka yang ”tahu” bahwa yang bisa ”memahami” jati dirinya hanyalah angka satu dan tujuh itu sendiri.
Inilah salah satu karakteristik seorang yang beriman. Hendaknya ia memiliki karakter seperti angka tujuh. Seorang muslim harus memiliki konsistensi dan komitmen terhadap kebenaran yang sangat tinggi dan Prima. Ia tidak akan bisa dipecah, dibagi maupun dipengaruhi oleh orang lain, kecuali dirinya sendiri yang harus menentukan jalan hidupnya dengan bimbingan Yang MahaSATU yaitu Allah, Swt.